Rekomendasi Thrift Shop Tokyo dan Panduan Toko Bebas Pajak untuk Kamu yang Ingin Hemat saat Liburan di Jepang

Negara Jepang, khususnya Tokyo, merupakan salah satu tempat favorit untuk didatangi oleh para pecinta fashion. Dimulai dari jenis fashion sehari-hari hingga fashion yang cukup unik, semuanya dapat ditemukan di sini.

Tentu saja fashion yang terlihat keren tidak harus selalu berasal dari brand-brand ternama dengan harga yang fantastis. Setelan fashion tersebut bisa saja didapat dari thrift shop yang ada di beberapa wilayah di Jepang, salah satunya di Tokyo.

Berikut ini Japantrips berikan rekomendasi beberapa wilayah di Tokyo, Jepang yang menjadi tempat berkumpulnya berbagai thrift shop dengan harga yang lebih terjangkau. Simak di bawah ini!

1. Shimokitazawa

Shimokitazawa adalah sebuah wilayah yang terletak di Distrik Kitazawa, Setagaya, Tokyo, Jepang. Wilayah yang terletak di luar kesibukan Kota Tokyo ini terkenal dengan banyaknya toko fashion kecil, kafe, teater, bar, dan tempat pertunjukan musik live.

Lebih dari sekadar pusat belanja pakaian, Shimokitazawa adalah gudangnya segala barang bekas, termasuk buku, peralatan makan, dan kaset vinil.

Salah satu toko yang paling populer di Shimokitazawa adalah Stick Out, yakni sebuah thrift shop yang mematok harga ¥800 (sekitar Rp83.214) untuk semua barang yang dijualnya.

2. Harajuku

Nama Harajuku tentunya tidak asing lagi bagi sebagian besar orang, terutama mereka yang sudah pernah datang ke Jepang. Sebuah area yang terletak di Tokyo, di antara dua stasiun tersibuk di dunia; Stasiun Shibuya dan Stasiun Shinjuku ini merupakan pusat perbelanjaan favorit para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Pusat keramaian utama di Harajuku adalah Jalan Takeshita yang penuh warna dan selalu ramai. Jalan ini adalah pusatnya cosplay, anime, dan budaya kawaii (imut) yang dipenuhi oleh toko-toko trendi, thrift shop, makanan Instagramable (terutama crepes), dan restoran-restoran yang unik.

3. Kōenji

Kōenji adalah sebuah distrik yang terletak di wilayah Suginami, sebelah barat Shinjuku. Distrik Kōenji sendiri berlokasi di tempat yang cukup strategis, yakni dekat dengan Stasiun Shinjuku dan Stasiun Tokyo.

Distrik ini memiliki banyak shōtengai (jalan tertutup) dan gang-gang yang dipenuhi toko pakaian vintage yang unik. Kōenji juga disebut-sebut merupakan salah satu tempat yang menjadi tujuan para wisatawan untuk thrifting, setelah Shimokitazawa dan Harajuku.

Daya tarik utama yang ada di Kōenji adalah pusat perbelanjaan “PAL” di mana banyak terdapat toko makanan, pakaian, dan barang-barang diskon.

4. Kichijōji

Kichijōji adalah sebuah wilayah yang terletak di Kota Musashino, Tama Area, Jepang. Wilayah Kichijōji terpilih menjadi tempat yang paling ingin ditinggali oleh warga Jepang sejak tahun 1990-an menurut sebuah pemungutan suara yang dilakukan oleh majalah CNN GO.

Pusat perbelanjaan utama Kichijōji terdiri dari tiga tempat utama; Sunroad, Harmonica Yokocho, dan Daiyagai. Selain itu, di sini juga terdapat banyak shōtengai (jalan tertutup) yang bisa dikunjungi untuk berbelanja serta menikmati wisata kuliner yang ada.

5. Shinjuku dan Shibuya

Shinjuku dan Shibuya yang terletak bersebelahan tepat satu sama lain ini merupakan dua wilayah yang paling populer dan paling sering dikunjungi di Tokyo. Keduanya merupakan pusat kebudayaan Jepang modern dan menjadi tempat utama di mana para pecinta fashion berkumpul.

Pada umumnya, Shinjuku dan Shibuya akan terasa semakin “hidup” di malam hari dengan adanya berbagai kafe serta bar. Selain melihat ikon-ikon terkenal yang ada di Kota Tokyo, wisatawan juga bisa memanjakan diri mereka dengan berbelanja di berbagai thrift shop yang ada di dua wilayah tersebut.

Selain deretan thrift shop di atas, perlu diketahui juga bahwa Jepang memiliki banyak toko dan pusat perbelanjaan yang membebaskan wisatawan dari pajak. Simak penjelasannya di bawah ini.

Toko Bebas Pajak di Jepang

Pada umumnya, hanya toko-toko yang ada di bandara saja yang menerapkan sistem belanja bebas pajak bagi wisatawan. Tapi di Jepang saat ini, sudah cukup banyak toko, bukan hanya di bandara, yang sudah menerapkan sistem belanja bebas pajak ini.

Di Jepang, toko yang menerapkan sistem bebas pajak biasanya memajang sebuah tulisan bertuliskan “Menzei Ten” seperti gambar di atas. Tulisan ini berarti, wisatawan yang menetap sementara di Jepang selama kurang dari 6 bulan dapat berbelanja tanpa dipungut pajak sebesar 10 persen.

Toko bebas pajak menjual berbagai jenis produk yang tujuannya dikonsumsi atau digunakan secara pribadi oleh pembeli yang merupakan wisatawan asing.

Perlu diketahui juga bahwa bebas pajak ini berlaku apabila wisatawan berbelanja dengan minimal pembelian sebesar ¥5000 (sekitar Rp520.000) per orangnya. Sementara untuk produk konsumsi, wisatawan diharuskan berbelanja sebesar ¥5000 hingga ¥500.000 (sekitar Rp 52.000.000). Apabila wisatawan berbelanja produk konsumsi lebih dari ¥500.000, maka wisatawan tersebut diharuskan membayar pajak sebesar 10 persen.

Selain itu, berbagai produk bebas pajak itu juga harus masih dalam kondisi tersegel ketika diperiksa oleh petugas bandara saat hendak meninggalkan Jepang.

Prosedur Pembebasan Pajak

Ada beberapa toko yang memberlakukan sistem bebas pajak di kasir, sehingga wisatawan hanya tinggal membayar harga produk yang dibeli tanpa pajak.

Sementara di sisi lain, ada juga toko yang mengharuskan wisatawan mengikuti tahapan prosedur pembebasan pajak di konter yang berbeda. Dalam hal ini, wisatawan akan membayar total produk yang dibeli bersama dengan pajaknya, kemudian mengikuti prosedur pembebasan pajak di konter lain agar uang pajak yang sudah dibayarkan dapat dikembalikan.

Perubahan Aturan Bebas Pajak di Jepang

Pada April 2024 lalu, muncul kabar bahwa sistem belanja bebas pajak yang sudah berlaku sejak tahun 2016 di Jepang akan berubah per tahun 2025 nanti. Hal ini disebabkan oleh banyaknya toko serta wisatawan yang melanggar aturan bebas pajak tersebut.

Menurut aturan saat ini, sistem bebas pajak hanya berlaku pada produk yang dibeli untuk konsumsi pribadi. Sementara produk yang dibeli untuk tujuan dijual kembali tetap diharuskan membayar pajak sebesar 10 persen.

Akan tetapi, banyak wisatawan “nakal” yang membeli produk bebas pajak untuk dijual kembali. Hal ini juga diperparah oleh beberapa toko yang “membantu” para wisatawan ini dengan menjual produk bebas pajak pada mereka.

Maka dari itu, pemerintah Jepang rencananya akan mengubah aturan bebas pajak yang saat ini berlaku. Nantinya, wisatawan yang berbelanja produk bebas pajak diharuskan membayar penuh bersama dengan pajak 10 persen. Pembelian ini akan terekam secara otomatis di paspor elektronik mereka.

Saat hendak berangkat di bandara atau pelabuhan di Jepang, paspor akan dipindai untuk mengkonfirmasi pembelian, dan petugas Bea Cukai setempat akan mengembalikan uang pajak yang sudah dibayar tersebut kepada wisatawan yang hendak berangkat.