Mengenal 3 Festival di Jepang yang Paling Besar dan Meriah

Selain karena keindahan alam dan teknologinya, Jepang juga terkenal dengan budaya festivalnya yang kaya dan penuh warna. Sepanjang tahun, berbagai kota di Jepang akan menggelar berbagai matsuri (festival) dengan skala dan kemeriahan yang luar biasa, mulai dari parade spektakuler, tarian tradisional, hingga pertunjukan kembang api yang memukau.

Di antara ratusan festival yang tersebar di seluruh penjuru negeri, ada tiga festival yang dikenal paling menonjol karena skala, sejarah, dan atmosfernya yang begitu menakjubkan. Ketiga festival itu selalu berhasil menarik jutaan pengunjung untuk datang setiap tahunnya dan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi siapa pun yang menyaksikannya secara langsung. 

3 Festival Paling Besar dan Terkenal Meriah di Jepang

Berikut adalah tiga festival di Jepang yang dikenal paling besar dan terkenal yang wajib diketahui.

Kanda Matsuri di Tokyo

Kanda Matsuri adalah salah satu dari tiga festival paling terkenal di Tokyo, bersama dengan Sanno Matsuri dan Fukagawa Matsuri. Festival ini biasanya diadakan pada hari Sabtu dan Minggu sebelum tanggal 15 Mei.

Honmatsuri, atau festival utama dari gelaran Kanda Matsuri ini, rutin diadakan dua tahun sekali pada tahun-tahun ganjil. Sementara itu, festival dengan versi yang lebih sederhana diadakan pada tahun-tahun genap. Dalam Honmatsuri, terdapat prosesi mikoshi (kuil portabel) yang megah dan meriah melintasi jalan-jalan di pusat kota Tokyo.

Festival ini dimulai pada zaman Edo (1603–1867), ketika shogun Tokugawa mulai memerintah Jepang dari Edo (sekarang Tokyo). Saat itu, Kanda Matsuri dirayakan sebagai simbol kemakmuran di bawah pemerintahan baru.

Dulu, hanya Kanda Matsuri dan Sanno Matsuri yang diizinkan melewati halaman Kastil Edo (sekarang Imperial Palace). Awalnya, kedua festival ini diadakan setiap tahun, namun karena persaingan di antara keduanya semakin ketat, akhirnya diputuskan untuk menggelarnya secara bergantian setiap tahun.

Kanda Matsuri merupakan festival yang diadakan oleh Kanda Myojin Shrine yang memuja tiga dewa; Daikokuten (dewa panen dan pernikahan), Ebisu (dewa nelayan dan pedagang), dan Taira no Masakado (tuan tanah pemberontak abad ke-10 yang dihormati dan didewakan). Seiring waktu, Kanda Matsuri menjadi perayaan akan kekayaan dan keberuntungan bagi masyarakat Tokyo.

Gion Matsuri di Kyoto

Gion Matsuri merupakan salah satu festival yang paling terkenal dan paling besar di Jepang. Festival musim panas ini adalah acara milik Yasaka Shrine di Kyoto yang rutin dilakukan setiap tahunnya selama satu bulan penuh di Bulan Juli.

Gion Matsuri seringkali menjadi tujuan utama dari para wisatawan yang datang ke Jepang di saat musim panas. Selain itu, Kota Kyoto juga akan terasa berbeda karena seisi kota akan ikut serta dalam suasana perayaan selama Gion Matsuri berlangsung.

Perlu diketahui bahwa gelaran Gion Matsuri dibagi ke dalam dua 2 sesi; Saki Matsuri (10-17 Juli) dan Ato Matsuri (18-24 Juli) dengan tanggal untuk rangkaian acaranya selalu sama setiap tahun. Meskipun dimulai pada tanggal 1 Juli, acara yang terbuka untuk umum baru akan dimulai pada tanggal 10 Juli.

Walaupun dinamai Gion Matsuri, acara inti dari festival ini sebenarnya tidak diselenggarakan di Distrik Gion, melainkan di seberang Sungai Kamo. Acara inti yang juga merupakan prosesi akbar dari Gion Matsuri ada pada tanggal 17 Juli yang disebut dengan prosesi Yamaboko Junko (Parade Kendaraan Hias).

Sebelum menikmati prosesi Yamaboko Junko, wisatawan juga sangat disarankan untuk menikmati festival malam hari yang diselenggarakan selama tiga hari sebelum dimulainya Yamaboko Junko, yakni pada tanggal 14 Juli (Yoiyoiyoiyama), 15 Juli (Yoiyoiyama), dan 16 Juli (Yoiyama).

Kamu bisa mendapatkan informasi selengkapnya mengenai Gion Matsuri di artikel ini.

Tenjin Matsuri di Osaka

Tenjin Matsuri adalah festival dari Tenmangu Shrine di Osaka dan dipersembahkan untuk Sugawara Michizane; dewa ilmu pengetahuan dan pelindung para pelajar. Festival ini dimulai dengan upacara memanggil dewa keluar dari kuil, lalu membawanya berkeliling kota dalam prosesi meriah yang penuh hiburan, sebelum akhirnya dikembalikan ke kuil.

Bagi masyarakat, festival ini adalah momen menyenangkan untuk menikmati musim panas dengan suasana penuh semangat; dimeriahkan oleh kostum tradisional, parade yang spektakuler, dan atmosfer perayaan yang hangat.

Sejarah Tenjin Matsuri dimulai pada abad ke-10 dan hingga kini masih rutin diadakan setiap tanggal 24 dan 25 Juli setiap tahunnya.

Parade pertama yang dilakukan di jalanan kota Osaka disebut Riku-togyo. Setelah itu, ada juga Funa-togyo, yakni parade di atas sungai dengan deretan perahu hias yang berlayar menyusuri sungai.

Puncak dari festival ini adalah pertunjukan kembang api pada tanggal 25 Juli yang disebut Hono Hanabi; dipersembahkan untuk sang dewa. Saat malam tiba, langit Osaka pun dipenuhi cahaya indah dari kembang api yang memukau tersebut.

Pilihan Festival Lain di Jepang yang Tidak Kalah Meriah

Selain tiga festival terbesar di atas, Jepang masih punya banyak perayaan budaya lain yang tak kalah seru dan penuh warna. Dari utara hingga selatan, setiap daerah punya festival khas dengan ciri unik, mulai dari tarian rakyat, lentera bercahaya, hingga parade kostum tradisional masing-masing.

Aomori Nebuta Matsuri

Nebuta Matsuri adalah festival api Jepang yang diadakan setiap tahun pada tanggal 2 hingga 7 Agustus di Kota Aomori. Setiap tahunnya, lebih dari 3 juta pengunjung dari seluruh Jepang dan mancanegara datang untuk menghadiri perayaan ini.

Selama festival, lebih dari 20 nebuta (lentera raksasa berbentuk arak-arakan yang terinspirasi dari kisah kabuki atau mitologi) berparade di seluruh kota Aomori. Pada malam hari dari tanggal 2 hingga 6 Agustus serta siang hari tanggal 7 Agustus, para Haneto (penari nebuta) yang berpakaian warna-warni, serta pemain seruling dan penabuh drum, akan mengiringi arak-arakan nebuta melintasi kota.

Kemudian pada malam tanggal 7 Agustus, nebuta pun ditempatkan di atas perahu dan diarak di sekitar Teluk Aomori, sementara kembang api menerangi langit malam sebagai penutup rangkaian festival. Nebuta Matsuri ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Jepang sejak tahun 1980.

Sendai Tanabata Matsuri

Tanabata Matsuri diadakan di seluruh Jepang setiap tanggal 7 bulan 7 (Juli). Festival ini berasal dari legenda Tiongkok yang menceritakan pertemuan dua bintang, Altair dan Vega, yang hanya bisa bertemu setahun sekali di hari itu. Karena perbedaan antara kalender lunar dan kalender masehi, festival Tanabata modern bisa berlangsung di bulan Juli atau Agustus.

Salah satu perayaan Tanabata terbesar dan paling terkenal di Jepang adalah Sendai Tanabata Matsuri yang digelar setiap tahun pada tanggal 6–8 Agustus. Bersama Kanto Matsuri di Akita dan Nebuta Matsuri di Aomori, festival ini termasuk dalam Tohoku Sendai Matsuri, yaitu tiga festival terbesar di wilayah Tohoku.

Meskipun berbagai acara digelar di seluruh pusat kota Sendai, daya tarik utamanya adalah ribuan hiasan pita warna-warni yang menghiasi area pertokoan. Hiasan pita ini memiliki panjang 3 hingga 5 meter dan dibuat dengan tangan oleh toko-toko, sekolah, dan komunitas lokal, menggunakan kertas washi dan bambu. Kemudian, pita-pita ini digantung di tiang bambu setinggi 10 meter yang dipasang di sepanjang jalan perbelanjaan.

Dan yang tak kalah menarik, pada malam sebelum festival dimulai (tanggal 5 Agustus), akan ada pertunjukan kembang api yang digelar di sekitar Nishi Park.

Awa Odori

Awa Odori di Tokushima adalah festival tari paling terkenal di Jepang, yang diadakan selama musim Obon pada pertengahan Agustus. “Awa” adalah nama lama dari Prefektur Tokushima, sedangkan “Odori” berarti tari.

Setiap tanggal 12 hingga 15 Agustus, ribuan penonton dan penari datang ke Tokushima untuk menyaksikan “Tarian Orang Bodoh” yang sudah berusia lebih dari 400 tahun. Nama julukan itu berasal dari lirik lagu tari yang populer; “Yang menari orang bodoh, yang menonton juga orang bodoh, kalau sama-sama bodoh, lebih baik ikut menari saja.”

Meskipun ada beberapa acara di siang hari, pertunjukan utamanya berlangsung pada malam hari antara pukul 18.00–22.00, ketika kelompok penari yang disebut “ren” tampil di jalan-jalan pusat kota Tokushima yang ditutup khusus untuk acara ini. Kelompok ini terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari pemula yang baru dibentuk beberapa hari sebelum festival, hingga penari profesional yang berlatih sepanjang tahun, bahkan ada yang datang dari luar Jepang.

Setiap kelompok menari melewati area penonton khusus yang disebut enbujo, sambil memainkan alat musik tradisional sepanjang perjalanan. Meskipun gerakan tarinya tergolong sederhana, tiap kelompok ren menunjukkan variasi gerakan yang unik dan kostum yang penuh warna.

Sumidagawa Fireworks Festival

Sumidagawa Fireworks Festival adalah salah satu pertunjukan kembang api paling spektakuler dan terbesar di Jepang. Lebih dari 20.000 kembang api diluncurkan dalam waktu 90 menit, menciptakan pertunjukan cahaya luar biasa di sepanjang Sungai Sumida dekat Asakusa. Festival ini diadakan setiap tahun pada Sabtu terakhir bulan Juli, dari pukul 19.00 hingga 20.30 dan selalu dipadati lautan penonton yang menyaksikan.

Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 1733, sebagai bentuk penghormatan untuk mengenang para korban yang meninggal akibat kelaparan besar Kyoho pada tahun sebelumnya.

Seiring waktu, festival ini berkembang menjadi ajang persaingan sengit antara dua produsen kembang api yang masing-masing berusaha menampilkan pertunjukan terbaik; Tamaya dan Kagiya. Tradisi kompetisi ini masih terus berlangsung hingga hari ini, menjadikan festival ini tidak hanya sebagai hiburan, tapi juga simbol warisan budaya yang luar biasa.

Kanto Matsuri

Kanto Matsuri adalah perayaan yang berkaitan dengan Tanabata dan diadakan setiap tahun di Kota Akita, dari tanggal 3 hingga 6 Agustus. Puncak dari festival ini adalah pertunjukan keterampilan luar biasa, di mana para penampil menyeimbangkan kanto (tiang bambu panjang) yang di ujungnya tergantung deretan lentera kertas.

Kanto Matsuri, bersama dengan Nebuta Matsuri di Aomori dan Tanabata Matsuri di Sendai, dikenal sebagai tiga festival besar di wilayah Tohoku.

Tiang kanto memiliki berbagai ukuran. Yang paling besar bisa mencapai 12 meter, berat sekitar 50 kilogram, dan membawa hingga 46 lentera kertas yang dinyalakan dengan lilin asli. Diiringi suara drum, seruling, dan sorakan penonton yang berteriak “dokkoisho, dokkoisho,” setiap tiang kanto diangkat oleh satu penampil dan diseimbangkan di berbagai bagian tubuh seperti dahi, bahu, atau pinggul.